DUAPULUHDUAKU

Untuk duapuluhduaku,
Terima kasih.

Aku tahu, Tuhan membiarkan kita bersama bukan tanpa alasan.
Bukan juga karena ketidaksengajaan.
Semua sudah digambarkan.

Dulu, kau datang pengaruhi otakku.
Hingga terpikir satu tanya untuk diriku :
Memang benar aku sudah bersama duapuluhdua, lalu apa?
Ya, kau buatku mencari jawaban atas tanyaku sendiri.

Tuhan sudah memberimu untukku,
Lalu, apa?
Lalu, bagaimana?
Tak sampai hati jika kubiarkan kau jadi sia-sia begitu saja.
Ada asa yang membara untuk membuatmu tak jadi percuma.
Tapi apa?

Kucari jawaban itu bersamamu.
Mencari dan menggali.
Lewat telinga, mata, dan nurani.
Hingga kudapati satu kata.
Agar​ kau tak jadi percuma bersamaku :
Memberi

Iya, aku bersamamu, harus memberi.
Memberi apapun.
Tak terbatas pada kapan, di mana, bagaimana.
Tak perlu ada mengapa.
Kita hanya perlu tulus.
Agar memberi tak membuat kita haus. Agar semua terasa mulus.

Iya, aku bersamamu, harus memberi.
Memberi siapapun.
Tak terbatas pada usia, latar belakang, suku, budaya, dan apa saja.
Tak perlu juga ada tanya atas itu semua.
Kita hanya perlu memberi.
Agar hidup makin berseri.

Sejak kutemui jawaban itu, kumakin cinta padamu.
Bersamamu, banyak kulalui hal baru.
Tanpamu, tak akan ada aku yang baru.
Sebelum ada kamu, tak pernah terpikir jadi seperti ini.
Setelah melalui ratusan hari denganmu, aku makin ingin lebih dari ini.
Tahukah kamu tentang semua hal itu?
Tahukah kamu betapa hadirmu memberi warna baru untuk hidupku?

Setelah tak ada kamu, aku makin mengerti arti hadirmu dimasa laluku.
Aku makin mengerti mengapa Tuhan memberi kamu untukku. Memberi kesempatan padaku untuk memilikimu.

Agar tercipta aku yang baru.
Agar ada aku yang lebih berani melangkah maju.
Agar orang tahu bahwa aku tak hanya sekedar aku. Aku bisa lakukan sesuatu untuk menghargai hidup.
Agar orang tahu bahwa aku bisa jadi alasan mengapa mereka mau tersenyum.
Agar dunia tahu bahwa aku tak seperti dedaunan kering yang jatuh dan terbang tertiup angin. Tanpa arah, tanpa tujuan. Tak guna, tak ternilai.
Aku bukan seperti itu.
Sudah kubuktikan, saat aku bersamamu. Saat Tuhan memberikanmu untukku.

Tak henti kuucap terima kasih pada Tuhan yang sudah memberi kesempatan bertemu denganmu.
Kini kulalui hari kedepan tanpamu lagi.

Terima kasih sudah memberanikanku.
Terima kasih sudah membangkitkanku.
Terima kasih sudah melepasku dari kenyamanan masa lalu, yang mungkin bisa menenggelamkanku.
Terima kasih.


yw

duapuluhdua

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NOVEL DISTOPIA : RED QUEEN (INDONESIAN)

SELEKSI NUSANTARA SEHAT

MASIH TENTANG NUSANTARA SEHAT