AKU YANG BARU
Beberapa orang pasti punya tahun favorit, dimana tahun tersebut menjadi tahun gebrakan dalam hidupnya. Tahun yang menjadi awal mula perubahan dalam hidupnya.
Aku pun sama seperti beberapa orang tersebut. Aku punya tahun favorit, selain tahun kelahiranku, yang menjadi tahun perubahan dalam hidupku.
2016. Bukan diawal tahun 2016, karena aku bukan tipe pembuatan resolusi diawal tahun. Aku bukan tipe pembuat resolusi yang belum pasti bisa terealisasi.
Dipertengahan tahun 2016. Setelah usiaku bertambah. Tepat dibulan keenam. Kumulai berpikir, ya aku ulang tahun, ya usiaku bertambah, lalu apa? Apa yang membedakan aku diusia lalu dengan aku diusia yang baru? Aku terus merenung. Berpikir. Dalam diam kumulai menggali hal-hal lalu. Tak ada yang istimewa. Aku hanyalah seorang anak muda berkepribadian introvert, yang terlalu nyaman menduduki posisi yang telah ada, dan enggan melangkah menjajaki ketidaknyamanan.
Hingga bulan ketujuh, setelah lebaran. Ya kutahu proses berpikirku cenderung lamban dan lama. Aku memang tipe pemikir, yang memikirkan satu hal, namun menggali hal tersebut dari segi positif dan negatif, dari sisi untung dan rugi. Itu lah yang membuatku juga lamban mengambil keputusan.
Bulan Juli. Kuawali dengan mengikuti kegiatan sosial dari komunitas sosial pendidikan. 1000guru nama komunitas itu. Aku ikut regional Semarang, namun kegiatan berlangsung di Tegal dan Pemalang. Seperti biasa, aku sendirian. Tak apa. Memang itu yang kuingini. Menginginkan diriku menjadi lebih berani mengenal orang baru, lingkungan baru, dan hal baru.
Bersamaan dengan itu, kumulai mengawali hal besar dalam hidupku. Seperti melapisi kebaikan dengan suatu kebaikan. Begitu istilah yang kubuat sendiri.
Aku mulai berhijab. Menutup yang seharusnya kututup sejak dulu. Tapi kata temanku, tak apa bila terlambat, yang penting niat dan bertekad untuk merealisasikan niat. Makin bersemangatlah diriku ketika restu keluar dari bibir Ibuk. Ibu mana yang tak merestui perubahan baik dari buah hatinya, begitu kata Beliau.
Kali pertama mengenakan hijab memang seperti menyedot perhatian. Padahal aku benci jadi pusat perhatian. Tak apa, kuanggap ini proses belajarku menjadi Yuni Wulandari yang baru, yang lebih berani melangkah ke hal positif.
Bertambahnya bulan, kumulai ketagihan dengan identitas baruku. Berhijab dan berkegiatan sosial. Kumulai masuk lagi ke komunitas baru. Kelas Inspirasi. Kali ini aku ikut regional Salatiga.
Tak bermaksud sombong dan sok mau menginspirasi, tapi aku hanya ingin melatih diri sendiri. Melatih diri menjadi sosok yang tak hanya ada, tapi melakukan (hal positif) apa selagi aku ada.
Kegiatan ketiga yang kulakukan adalah masuk ke dalam komunitas sosial (lain) di Semarang. Namanya Rumah Perantara. Aku hanya satu dari beberapa relawan di komunitas itu. Tugasku tak berat. Dan masih berhubungan dengan sosial, pendidikan, dan anak-anak.
Tahun 2017 kuawali dengan hal baru lagi. Kali ini berhubungan dengan hobi.
Aku suka menulis, terlepas dari baik tidaknya sususan kalimatku, terlepas dari syahdu atau tidaknya tulisanku. Kutak peduli. Yang kutahu, aku lebih suka berucap lewat tulisan daripada suara. Itulah yang membuatku berani mencoba ikut kegiatan 30 hari bercerita di Instagram. Kegiatan sederhana, tapi mampu membuat semangat menulisku kembali membara. Berlangsung selama 30 hari dibulan Januari.
Dan melalui akun instagram @30haribercerita itulah aku dipertemukan dengan akun instagram @1minggu1cerita.
Wow! Begitu ucapku sewaktu melihat akun @1minggu1cerita itu. Hal baru lagi. Menulis tiap seminggu sekali. Perlu kucoba, toh tak akan berat menulis seminggu sekali, begitu pikirku. Tapi ternyata justru itu kendala tak tersiratnya. Aku terlena dengan kalimatku sendiri "bisalah. Cuma SEMINGGU SEKALI. Pasti akan ada inspirasi tiap minggunya". Daaan tetereteteeeetttttt zonk! Nyatanya aku pernah bolos menulis beberapa kali. Aku terlalu menggampangkan sesuatu. Sesuatu yang baru. Tak lagi-lagi lah kubegitu.
Bulan berikutnya, bulan ketiga, kakiku mulai gatal ingin berkegiatan lagi. Dan sepertinya inilah jodohku selanjutnya. Aku dipertemukan dengan komunitas baru, ARSA Community, oleh seorang teman yang sedang merepost kegiatan tersebut. Kegiatan dari komunitas ini baru pertama diselenggarakan di Bogor. Hal baru lagi. Dan kota baru lagi. Luar provinsi. Sendiri. Halah, tak masalah. Biasanya juga begitu, bukan? Hehe.
And then, kegiatan apa lagi? Kucoba kemampuan berlariku. Kucoba ikut kegiatan lomba lari. Tak berani langsung berkilo-kilo meter. Baru mencoba jarak rendah. Lumayan, dapat urutan 50an. Lumayan, dapat medali-medalian. Lumayan, dapat pengalaman (nah, ini yang penting). Plus, dapat kawan baru yang seru.
Adakah yang lain? Ada. Tanpa sengaja, seusai lomba lari itu, aku bertemu seorang teman yang kemudian mengenalkanku pada seorang pengurus kegiatan pengajian rutin untuk muslimah di Semarang. Dia muslimah yang ramah dan hangat. Dia yang mengundangku untuk hadir dalam kegiatannya. Alhamdulillah. Allah selalu punya cara untuk membuatku lebih mendekat padaNya.
Ah ya, kuingat satu hal lagi. Masih tentang gebrakan dalam hidupku, hidup seorang introvert. Dibulan Mei ini, untuk kali pertama aku -dengan percaya diri- berani memakai rok panjang untuk busana muslimahku. Fyi, setelah aku berhijab, biasanya aku cuma pakai celana panjang, kaos panjang, kemeja panjang, tunik, dan ya hanya itu-itu saja. Rok panjang yang kubeli selama ini hanya kusimpan dalam lemari.
Entah mengapa, aku merasa jadi muslimah yang berbeda ketika mengenakan rok. Aku merasa anggun dan nyaman. Nyamannya melebihi pemakaian celana jeans yang selama ini kubangga-banggakan sebagai pakaian ter-gue banget. Ah maaf ya Allah jika aku sombong hanya karena pemakaian sebuah rok untuk kali pertama.
Tapi jujur, tak ada niat menyombongkan diri atas apa-apa yang sudah kulakukan. Aku hanya ingin membagi pengalamanku yang mungkin sebagian orang akan menilai sebagai hal sepele, namun menjadi suatu hal besar bagi seorang introvert sepertiku.
Aku hanya ingin membagi pengalaman bahwa introvert juga bisa bersosialisasi, bisa berbaur dengan hal baru.
Aku hanya ingin berbagi pengalaman bahwa jika ada keinginan untuk berhijab, kusarankan segera kenakan. Tak apa jika kau belum mantap. Kemantapan dan kemapanan akan datang seiring berjalannya waktu dan seiring proses belajarmu. Itu yang kurasakan. Jangan terlalu lama berpikir sepertiku. Jangan percaya pada istilah 'menata hati, ucapan, dan sikap dulu lah, baru nanti berhijab'. Justru hijab itulah yang bisa membawa kontrol dalam segala hal, termasuk bersikap, berucap, dan berpikir.
Dan melalui tulisan ini, aku pun ingin berkata bahwa aku tak bermaksud pamer, karena segala giatan yang kuikuti sampai saat ini hanya berdasar pada : berbagi hal positif kepada sesama. Itu saja. Tak ada harapan untuk bisa menjadi manfaat bagi sesama, untuk pamer, untuk mencari simpati. Tak ada.
Ini murni untuk memenuhi kepuasan hati yang selama ini haus akan sesuatu yang tak pernah kutahu apa itu, yang kini sedikit demi sedikit mulai kurasakan kelegaannya.
210517
-yw-
Aku pun sama seperti beberapa orang tersebut. Aku punya tahun favorit, selain tahun kelahiranku, yang menjadi tahun perubahan dalam hidupku.
2016. Bukan diawal tahun 2016, karena aku bukan tipe pembuatan resolusi diawal tahun. Aku bukan tipe pembuat resolusi yang belum pasti bisa terealisasi.
Dipertengahan tahun 2016. Setelah usiaku bertambah. Tepat dibulan keenam. Kumulai berpikir, ya aku ulang tahun, ya usiaku bertambah, lalu apa? Apa yang membedakan aku diusia lalu dengan aku diusia yang baru? Aku terus merenung. Berpikir. Dalam diam kumulai menggali hal-hal lalu. Tak ada yang istimewa. Aku hanyalah seorang anak muda berkepribadian introvert, yang terlalu nyaman menduduki posisi yang telah ada, dan enggan melangkah menjajaki ketidaknyamanan.
Hingga bulan ketujuh, setelah lebaran. Ya kutahu proses berpikirku cenderung lamban dan lama. Aku memang tipe pemikir, yang memikirkan satu hal, namun menggali hal tersebut dari segi positif dan negatif, dari sisi untung dan rugi. Itu lah yang membuatku juga lamban mengambil keputusan.
Bulan Juli. Kuawali dengan mengikuti kegiatan sosial dari komunitas sosial pendidikan. 1000guru nama komunitas itu. Aku ikut regional Semarang, namun kegiatan berlangsung di Tegal dan Pemalang. Seperti biasa, aku sendirian. Tak apa. Memang itu yang kuingini. Menginginkan diriku menjadi lebih berani mengenal orang baru, lingkungan baru, dan hal baru.
Bersamaan dengan itu, kumulai mengawali hal besar dalam hidupku. Seperti melapisi kebaikan dengan suatu kebaikan. Begitu istilah yang kubuat sendiri.
Aku mulai berhijab. Menutup yang seharusnya kututup sejak dulu. Tapi kata temanku, tak apa bila terlambat, yang penting niat dan bertekad untuk merealisasikan niat. Makin bersemangatlah diriku ketika restu keluar dari bibir Ibuk. Ibu mana yang tak merestui perubahan baik dari buah hatinya, begitu kata Beliau.
Kali pertama mengenakan hijab memang seperti menyedot perhatian. Padahal aku benci jadi pusat perhatian. Tak apa, kuanggap ini proses belajarku menjadi Yuni Wulandari yang baru, yang lebih berani melangkah ke hal positif.
Bertambahnya bulan, kumulai ketagihan dengan identitas baruku. Berhijab dan berkegiatan sosial. Kumulai masuk lagi ke komunitas baru. Kelas Inspirasi. Kali ini aku ikut regional Salatiga.
Tak bermaksud sombong dan sok mau menginspirasi, tapi aku hanya ingin melatih diri sendiri. Melatih diri menjadi sosok yang tak hanya ada, tapi melakukan (hal positif) apa selagi aku ada.
Kegiatan ketiga yang kulakukan adalah masuk ke dalam komunitas sosial (lain) di Semarang. Namanya Rumah Perantara. Aku hanya satu dari beberapa relawan di komunitas itu. Tugasku tak berat. Dan masih berhubungan dengan sosial, pendidikan, dan anak-anak.
Tahun 2017 kuawali dengan hal baru lagi. Kali ini berhubungan dengan hobi.
Aku suka menulis, terlepas dari baik tidaknya sususan kalimatku, terlepas dari syahdu atau tidaknya tulisanku. Kutak peduli. Yang kutahu, aku lebih suka berucap lewat tulisan daripada suara. Itulah yang membuatku berani mencoba ikut kegiatan 30 hari bercerita di Instagram. Kegiatan sederhana, tapi mampu membuat semangat menulisku kembali membara. Berlangsung selama 30 hari dibulan Januari.
Dan melalui akun instagram @30haribercerita itulah aku dipertemukan dengan akun instagram @1minggu1cerita.
Wow! Begitu ucapku sewaktu melihat akun @1minggu1cerita itu. Hal baru lagi. Menulis tiap seminggu sekali. Perlu kucoba, toh tak akan berat menulis seminggu sekali, begitu pikirku. Tapi ternyata justru itu kendala tak tersiratnya. Aku terlena dengan kalimatku sendiri "bisalah. Cuma SEMINGGU SEKALI. Pasti akan ada inspirasi tiap minggunya". Daaan tetereteteeeetttttt zonk! Nyatanya aku pernah bolos menulis beberapa kali. Aku terlalu menggampangkan sesuatu. Sesuatu yang baru. Tak lagi-lagi lah kubegitu.
Bulan berikutnya, bulan ketiga, kakiku mulai gatal ingin berkegiatan lagi. Dan sepertinya inilah jodohku selanjutnya. Aku dipertemukan dengan komunitas baru, ARSA Community, oleh seorang teman yang sedang merepost kegiatan tersebut. Kegiatan dari komunitas ini baru pertama diselenggarakan di Bogor. Hal baru lagi. Dan kota baru lagi. Luar provinsi. Sendiri. Halah, tak masalah. Biasanya juga begitu, bukan? Hehe.
And then, kegiatan apa lagi? Kucoba kemampuan berlariku. Kucoba ikut kegiatan lomba lari. Tak berani langsung berkilo-kilo meter. Baru mencoba jarak rendah. Lumayan, dapat urutan 50an. Lumayan, dapat medali-medalian. Lumayan, dapat pengalaman (nah, ini yang penting). Plus, dapat kawan baru yang seru.
Adakah yang lain? Ada. Tanpa sengaja, seusai lomba lari itu, aku bertemu seorang teman yang kemudian mengenalkanku pada seorang pengurus kegiatan pengajian rutin untuk muslimah di Semarang. Dia muslimah yang ramah dan hangat. Dia yang mengundangku untuk hadir dalam kegiatannya. Alhamdulillah. Allah selalu punya cara untuk membuatku lebih mendekat padaNya.
Ah ya, kuingat satu hal lagi. Masih tentang gebrakan dalam hidupku, hidup seorang introvert. Dibulan Mei ini, untuk kali pertama aku -dengan percaya diri- berani memakai rok panjang untuk busana muslimahku. Fyi, setelah aku berhijab, biasanya aku cuma pakai celana panjang, kaos panjang, kemeja panjang, tunik, dan ya hanya itu-itu saja. Rok panjang yang kubeli selama ini hanya kusimpan dalam lemari.
Entah mengapa, aku merasa jadi muslimah yang berbeda ketika mengenakan rok. Aku merasa anggun dan nyaman. Nyamannya melebihi pemakaian celana jeans yang selama ini kubangga-banggakan sebagai pakaian ter-gue banget. Ah maaf ya Allah jika aku sombong hanya karena pemakaian sebuah rok untuk kali pertama.
Tapi jujur, tak ada niat menyombongkan diri atas apa-apa yang sudah kulakukan. Aku hanya ingin membagi pengalamanku yang mungkin sebagian orang akan menilai sebagai hal sepele, namun menjadi suatu hal besar bagi seorang introvert sepertiku.
Aku hanya ingin membagi pengalaman bahwa introvert juga bisa bersosialisasi, bisa berbaur dengan hal baru.
Aku hanya ingin berbagi pengalaman bahwa jika ada keinginan untuk berhijab, kusarankan segera kenakan. Tak apa jika kau belum mantap. Kemantapan dan kemapanan akan datang seiring berjalannya waktu dan seiring proses belajarmu. Itu yang kurasakan. Jangan terlalu lama berpikir sepertiku. Jangan percaya pada istilah 'menata hati, ucapan, dan sikap dulu lah, baru nanti berhijab'. Justru hijab itulah yang bisa membawa kontrol dalam segala hal, termasuk bersikap, berucap, dan berpikir.
Dan melalui tulisan ini, aku pun ingin berkata bahwa aku tak bermaksud pamer, karena segala giatan yang kuikuti sampai saat ini hanya berdasar pada : berbagi hal positif kepada sesama. Itu saja. Tak ada harapan untuk bisa menjadi manfaat bagi sesama, untuk pamer, untuk mencari simpati. Tak ada.
Ini murni untuk memenuhi kepuasan hati yang selama ini haus akan sesuatu yang tak pernah kutahu apa itu, yang kini sedikit demi sedikit mulai kurasakan kelegaannya.
210517
-yw-
Komentar
Ceuceu Ani 1m1c ☺️