LIMA JUNIKU
Ini tanggal lima. Lima Juni. Belum sadar juga kalau ini bulan Juni tanggal lima? Terlalu!
Aku mungkin bisa menunggu, tapi tidak selamanya.
Aku juga punya lelah. Aku lelah menungggumu yang tak pernah pasti.
Kau memang tak pernah memintaku untuk menunggu. Ini hanya kebodohanku saja yang rela menunggu ketidakpastianmu dengan seluruh kepastianku.
Ini tanggal lima Juni. Tolong sadari.
Aku juga ingin kau pandang. Semenit saja pun tak apa. Beri aku menitmu, tanpa ada dia, dia ataupun dia yang selalu mampu menyita waktu hidupmu. Aku muak dengan semua manusia manis di hidupmu. Mereka datang dengan pesona, kau terpesona, dan aku menjadi yang terlupa.
Lima juni itu tanggalku. Tak bisakah kau hadir pada tanggal itu? Karena seperti yang kubilang, dalam hitungan menit pun tak apa asalkan hanya ada aku dalam hati dan pikiranmu.
Tak taukah kamu, aku menunggumu ditanggalku itu? Aku menunggu semangatku yang sebagian ada di kamu.
Jika memang tidak bisa, sekalian saja kau pergi selamanya. Tak perlu kau datang dan pergi seenaknya.
Tapi kemudian kau hadir dalam lima Juniku. Hadir dengan perantara. Dalam satuan menit. Tak apa, karena itu permohonanku.
Kutenggelam dan hampir mati dalam menit itu. Mati dalam senyap. Senyap yang sangat hangat.
Senyap tak berarti diam dan bisu. Hanya ingin lebih pahami maksud kehadiranmu di sela tidur paksaku tanpamu.
Hadirmu kacaukan hati dan ragaku. Berkecamuk jadi satu. Ada rindu yang lama mendamba temu, ada amarah yang entah karena apa, ada haru yang menjadikanku makin ragu, dan ada bahagia yang membuat cintaku makin membara.
Namun seperti biasa, menit berikutnya kau hilang dalam senyapku. Tanpa ucap selamat tinggal untukku. Aku tak dapat menerka apa maksud dan maumu.
Mengapa kau harus hadir jika pada menit berikutnya kau akan pergi? Mengapa tak sekalian saja mati? Menghilanglah dari hidup, pikiran dan duniaku!
Atau mungkin kau memang sudah gila? Seenaknya mempermainkan rasaku. Mengacaukan, kemudian meninggalkan.
Tapi kurasa, aku lah yang gila. Ku masih menunggu hadirmu hingga lima Juniku usai. Berharap dengan sangat akan kehadiranmu menjelang detik pergantian antara lima Juni dan enam Juni.
Nol! Kau lenyap bersama lenyapnya lima Juniku yang digantikan oleh enam Juni.
Kumohon jangan buatku makin gila dengan semua ketidakpastian.
Jika kamu merasa dimanjakan dan dihibur dengan kesedihanku saat merindumu, silakan nikmati. Nikmati sepuasmu, tertawalah sebosanmu, pandangilah dengan sinis kebodahanku.
Tapi ada yang perlu kau ingat, penyemangatku sayang. Aku ini juga manusia. Sama sepertimu dan sama seperti mereka yang ada di hidupmu. Akan ada masa dimana aku lelah menunggu. Dan kamu hanya perlu menunggu masa itu. Saat aku akan muak dengan semua perlakuanmu, saat aku akan bangkit dan berjalan meninggalkanmu, dan saat aku akan pergi bersama penggantimu.
Akan kulihat kau menangis menyesali kegilaanmu yang pernah membuatku tertatih mengharap kepastian dan cintamu.
Dunia ini berputar, sayang. Kelak, kamu akan merasakan apa yang aku rasakan sekarang, jika kamu tak pernah menghargai aku dan orang-orang yang mencinta dan menyayangmu.
Ingatlah itu, penyemangatku sayang.
060613
-yw-
Komentar