TERUSLAH BERJALAN, MAS!
“Rindu itu tak akan
sembuh hanya dengan kata. Temui aku,” begitu balasku.
“Tak
akan kutemui sampai kuselesaikan apa yang seharusnya kuselesaikan. Begitu kan
pintamu?”
“Kau masih ingat kataku
kala itu?”
“Tentu.
Tak akan lupa. Taukah kau alasanku tak menghubungimu?”
“Entahlah, Mas. Kupikir
kau sudah temukan yang layak kau perjuangkan.”
“Tidak.
Aku sedang berupaya agar kita segera jumpa. Agar rindu ini segera terobati.”
“Iya, Mas.
Selesaikanlah secepat dan sebaik mungkin. Aku pun rindu.”
“Pasti,
Dik. Aku sayang kamu.”
Kudiam.
Biar saja pembicaraan
ini menggantung bagai tanda koma.
Biar saja pembicaraan
kita menggantung tanpa ada jawaban dariku.
Biar saja begitu.
Bukan tak sayang, Mas.
Ada rasa sayang, namun
belum bisa kupasrahkan seutuhnya padamu.
Sebab abu-abumu buatku
ragu.
Kutak bisa diperlakukan
begitu.
Mungkin kau pikir, aku
juga abu-abu. Juga sering buatmu ragu.
Mungkin kau pikir, aku
tak mau berjuang bersamamu.
Membiarkanmu rasakan
hari penuh peluh tanpaku.
Jauhkan pikiran itu dari
otakmu, Mas.
Kutak seperti itu.
Dengar aku, Mas!
Orang yang kau pikir
tak pernah mengacuhkanmu,
Orang yang kau pikir
akan meninggalkanmu,
Orang yang kau pikir
sudah lelah menunggu,
Ternyata masih
menantimu, tanpa gerutu.
Kau dan aku tak lagi
belia.
Tak lagi saatnya
bermain dengan dunia.
Dunia tak pernah diam. Selalu
berjalan.
Aku pun berusaha terus
berjalan. Agar tak tertinggal.
Sambil sesekali
menengokmu di belakang.
Maaf, aku berjalan lebih
dulu ke depan.
Tapi tak berarti
meninggalkan.
Karena kau lelaki kuat yang
harus mampu berjalan,
Tanpa selalu
bergandengan.
Tetap tenang.
Berupayalah hingga benar-benar
rasa lelah.
Ku akan menunggu, Mas.
Percayalah.
240618
-yw-
240618
-yw-
Komentar