DIA ADALAH BAPAKKU TAHUN 90AN


Melihat bus umum tanpa AC seperti ini, aku teringat sosok lelaki dimasa kecilku dulu, tahun 90an.

Ia tak berbadan kekar, apalagi tinggi.
Tapi parasnya selalu membuatku jatuh hati. Setiap hari. Bahkan hingga saat ini.

Dulu, ia satu-satunya lelaki yang ketika bus egrek-egrek (sejak kecil, aku menyebut bus umum dengan sebutan itu) sudah sampai di tujuan, ia dengan sigapnya langsung turun dan kemudian membalikkan tubuhnya membelakangi pintu bus.

Tubuh yang tak tinggi itu, sedikit dibungkukkannya. Sambil sesekali menengok pintu bus di belakangnya.

"Eeggggh... Yuk!" hanya itu yang ia ucap.

"Duuuh anak wedokkuuu, pendekar mabukkuuu. Saben mudik kok mesti dadi sing paling nelangsa," kalimat semacam itu yang pertama kali diucapkannya setiap kali turun dari bus.
("Duuuh anak perempuankuuu, pendekar mabukkuuu. Tiap mudik kok selalu jadi yang paling menderita.")

Aku hanya diam, di atas punggungnya.

"Pengin ma'em opo, Nduk?"
("Pengin makan apa, Nduk?")

Aku masih diam. Merapatkan kepalaku ke pundak kirinya.

"Isih ngelu ya, Nduk? Ya wis, bobok meneh wae."
("Masih pusing ya, Nduk? Ya sudah, tidur lagi saja.")

Aku mendengar apa yang ia tanya dan ucapkan.
Tapi aku memilih diam. Karena bicaraku, kurasa, hanya akan menambah beban.

Sambil berjalan menuju rumah nenek, kudengar ia bergurau menertawai tingkah-tingkah konyolku, menceritakan harapan masa depannya terhadapku, dan sesekali membetulkan posisi tubuhku di punggung hangatnya itu.

Tak pernah sekalipun kudengar keluhan atau helaan napas menjengkelkan keluar dari bibirnya.
Hanya kadang ada helaan napas kelelahan yang tanpa sengaja diembuskannya perlahan.

Dia adalah Bapakku. Bukan Dilanku.
Ia lebih banyak menanggung beratnya hidup, daripada hanya sekedar beratnya rindu.

Ia adalah Bapakku.
Lelaki yang sejak dulu jadi pendukung setia atas segala keputusan hidupku, dan yang selama enam bulan, sejak kutinggal merantau, lebih sering mengucap rindu daripada Ibukku.

Ia adalah Bapakku. Bukan Dilanku.
Ia tak hanya ada ditahun 90an. Tapi akan selalu ada hingga tahun 2000an, bahkan hingga kapan yang tak bisa diprediksikan.

Ia adalah Bapakku.
Lelaki yang sejak dulu sudah mencintai dan mampu membahagiakanku. Dan itu akan selalu. Bukan hanya jadi masa lalu.


270118, edit 210218, 220418
-yw-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NOVEL DISTOPIA : RED QUEEN (INDONESIAN)

SELEKSI NUSANTARA SEHAT

MASIH TENTANG NUSANTARA SEHAT