KEMBALI JATUH HATI
Mungkin sudah lama hatiku hampa tanpa getar cinta.
Sudah lama juga hatiku terbiasa untuk
tidak terbuka, kepada siapa saja. Hanya untuk orangtua, kurasa.
Jantungku pun begitu. Lama tak berdegup
untuk seseorang yang membuatku gugup.
Bahkan senyum tersipuku sudah lama tak
kupasang untuk seseorang.
Tapi kini, tanpa diduga hatiku kembali terbuka. Oleh seseorang yang bahkan tak pernah ada dalam rangkaian angan.
Jantung kembali berdegup gugup.
Bibir tersenyum malu-malu, hingga pipi
seakan bersemu merah jambu.
Dan itu karenamu.
Karena matamu, yang sarat akan tatap
hangat. Yang selalu memandang kala kita sedang berbincang.
Karena senyummu, yang kurasa selalu
tulus dan lembut. Yang tak pernah lenyap walau kita hanya saling terdiam tanpa ucap.
Karena sikapmu, yang tak pernah
berlebihan dan selalu menenangkan. Yang tak pernah memaksa ketika aku menolak
bertemu orang banyak.
Karena kedewasaanmu, yang tak pernah
menghakimi kepribadianku. Yang tak pernah mempermasalahkan ketika aku sedang
ingin sendirian.
Aku ingat ketika kubutuh waktu sendiri, kau malah nekat menghampiri.
Berjalan dari kejauhan. Menyapa lewat senyuman. Memandang penuh perhatian.
“Kau baik-baik saja?” begitu tanyamu di hadapanku.
Tak banyak kata yang kau ucap, tapi
terasa hangat.
Tak banyak yang kau lakukan, tapi cukup membuatku tenang.
Tak banyak yang kau lakukan, tapi cukup membuatku tenang.
Hanya duduk di sampingku, lalu memandang
ke arah yang sama denganku.
Kau biarkan otakku sibuk dengan gumpalan
angan dan pikiran.
Dan tiba-tiba aku penasaran, apa yang sedang kau pikirkan?
Dan tiba-tiba aku penasaran, apa yang sedang kau pikirkan?
Kamu...
Pria pintar yang tak pernah pesimis
dengan dunia yang terus berputar.
Berbeda denganku yang penuh
kekhawatiran.
Bersama denganmu sedikit banyak mengubah
pola pikirku, terlebih tentang hidup.
“Semua
akan baik-baik saja” itu kalimat andalanmu.
Berbincang berdua denganmu selalu menyenangkan bagiku.
Kau tahu kapan harus membicarakan indahnya
hidup dan kapan harus mengasihani hidup.
Kau yang mengajarkanku untuk sesekali menertawakan
hidup.
Kau juga yang mengajakku untuk tak ragu membicarakan rencana masa depan dalam hidup.
“Rencana
besarku setelah ini adalah .....”
Aku sangat ingat ketika kamu, tanpa
kuminta, menceritakan tentang angan dan rencana untuk hidupmu.
Aku tersenyum. Bahagia menjadi salah
satu orang yang kau percaya untuk tahu anganmu.
Ah kamu...
Aku suka semua tentangmu, yang tahu
bagaimana memperlakukan wanita kaku sepertiku.
Hingga jatuh hati padamu,
walau lewat kebersamaan yang terbatas waktu.
Terima kasih sudah menjadi sebab atas gugupnya sikapku, rona di pipiku, senyum malu-malu di bibirku, detak tak terkontrol di jantungku, dan terisinya hatiku.
Terima kasih untuk segala perhatian, perlakuan,
pengertian, dan perbincangan tentang kehidupan.
Dan terima kasih, karena kamu telah
membuatku kembali merasakan jatuh hati.
101217
-yw-
Komentar