Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

MENGOMENTARI KOMENTAR

Gambar
Lebaran. Hebohnya, bahagianya, euforianya, rukunnya masih terasa hingga sekarang. Tapi sayang, dihari-hari suci seperti ini telinga malah sudah ternodai oleh ucapan dari beberapa orang yang sibuk mengomentari hidup. Begini beberapa komentar yang langsung kudengar dari bibir si komentator : “Lebaran kok malah kerja.” “Lebaran itu kumpul dengan keluarga, bukan malah kerja.” “Ya Allah ngoyo banget sih cari duit.” “Lebih milih cari duit ya daripada bersilaturahmi.” “Nikmati masa muda, jangan cuma kerja, kerja, dan kerja.” “Masa sih perusahaan nggak kasih libur. Menderita ya jadi kamu.” “Beban kerjanya kok berat banget sih.” “Uang lemburnya kan nggak seberapa. Lebih enak kumpul dengan keluarga lah.” Dan ada juga beberapa pertanyaan yang malas untuk kujawab, selain pertanyaan “kapan nikah?” : “Kalau masuk pas lebaran gini, jam kerjanya gimana? Itungannya lembur atau gimana?” “Berapa uang lemburnya?” “Dapat ganti libur dihari lain nggak?” Please lah, pertanyaan seperti itu terl...

DUAPULUHDUAKU

Gambar
Untuk duapuluhduaku, Terima kasih. Aku tahu, Tuhan membiarkan kita bersama bukan tanpa alasan. Bukan juga karena ketidaksengajaan. Semua sudah digambarkan. Dulu, kau datang pengaruhi otakku. Hingga terpikir satu tanya untuk diriku : Memang benar aku sudah bersama duapuluhdua, lalu apa? Ya, kau buatku mencari jawaban atas tanyaku sendiri. Tuhan sudah memberimu untukku, Lalu, apa? Lalu, bagaimana? Tak sampai hati jika kubiarkan kau jadi sia-sia begitu saja. Ada asa yang membara untuk membuatmu tak jadi percuma. Tapi apa? Kucari jawaban itu bersamamu. Mencari dan menggali. Lewat telinga, mata, dan nurani. Hingga kudapati satu kata. Agar​ kau tak jadi percuma bersamaku : Memberi Iya, aku bersamamu, harus memberi. Memberi apapun. Tak terbatas pada kapan, di mana, bagaimana. Tak perlu ada mengapa. Kita hanya perlu tulus. Agar memberi tak membuat kita haus. Agar semua terasa mulus. Iya, aku bersamamu, harus memberi. Memberi siapapun. Tak terbatas pada usia, ...

BACA AKU

Gambar
Konsumtif, kata yang lebih lekat jika disandingkan dengan kaum hawa, termasuk saya. Lalu, apakah saya tersinggung? Tidak. Bagaimana bisa saya tersinggung disaat kenyataannya memang demikian? Apalagi jika dikaitkan dengan benda bernama buku. Bukan buku tulis, atau buku gambar. Maksud saya, buku bacaan. Apapun genrenya. Tapi sayangnya, saya punya kebiasaan buruk dengan benda cantik satu itu, yaitu saya selalu membeli dalam jumlah lebih dari satu. Biar ada temannya, begitu pikir saya setiap kali melakukan kebiasaan itu. Seperti beberapa hari yang lalu. Seusai pulang kerja, saya berniat untuk berkunjung ke salah satu toko buku di kota tempat tinggal yang pernah saya lihat sedang memasang pengumuman besar bertuliskan “Pesta Buku Murah mulai Rp5.000,-”. Goyah sudah iman saya jika melihat tulisan seperti itu. Maka, niat tersebut secepat mungkin saya realisasikan agar menjadi kenyataan dan tak berbuah kekecewaan. Sesuai rencana, saya akan berkeliling hingga nanti menjelang adzan Maghrib. ...

KATA MEREKA

Gambar
Kata orang, aku kesepian. Suka dengan kesendirian. Tak suka jadi pusat perhatian. Tersiksa jika jadi aku, begitu ucap mereka. Tak semua dari mereka, hanya sebagian kecil. Tapi tahukah mereka bahwa kesendirian tak selalu berkawan dengan kesedihan? Tahukah mereka bahwa kesendirian tak pernah sama dengan kesepian? . Kata orang, aku pemilih. Suka berdiam dalam penantian. Lalu memilih sesuai keinginan. Membosankan jika jadi aku, begitu ungkap mereka. Tapi tahukah mereka bahwa wanita juga berhak memilih? Dan, apa salahnya menjadi pemilih? . Kata orang, aku pemikir. Suka tenggelam dalam alur yang kuciptakan sendiri. Larut dan hanyut, tanpa menepi. Melelahkan jika jadi aku, begitu kata sebagian dari mereka. Tapi tahukah mereka bahwa kadang aku lelah larut dalam segala pikiran? Tahu jugakah mereka bahwa menjadi pemikir tak selalu menyedihkan seperti yang mereka bayangkan? . Kata orang, mm kata mereka, ah malah aku yang lelah dengan mereka. Mulut banyak bicara, tapi hampa. Ma...