Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

DARI MATAMU - bagian dua-

Bagian kedua. Hari kedua kebersamaan kita di dunia nyata. Carrier dan perlengkapanmu memang ada di ruangan istirahat relawan wanita, jadi tak heran jika melihatmu seenaknya keluar masuk, bahkan saat kau masih sangat berantakan setelah terbangun dari tidur tampanmu. Kau pun masih memakai celana pendek -yang kuyakini menjadi kebiasaanmu : tidur hanya memakai celana super pendek-. Membuatmu makin menggemaskan. Dan membuatku makin dibuat gemas. Hahahaha. Aktivitas pertama dihari kedua adalah lari pagi. Aku suka olahraga lari, apalagi ada kau yang menemani. Tapi nyatanya, tak kulihat kau hadir. Hanya ada Aji. Biarpun ia tampan, tapi aku tak menginginkannya. Kuhanya inginkanmu, Rama. Berlebihan memang jika aku memujamu hingga sedemikian rupa. Berlebihan memang jika semangat olahragaku tiba-tiba terpacu saat melihatmu tersenyum menyapaku (ah, maksudku, menyapaku dan relawan lain yang sedang berjalan santai bersamaku). “Woy, ayo lariii!” sapamu sambil tersenyum dan berlalu. Celana pendekmu sa...

SABTU BERSAMAMU

Gambar
Bagian satu. Hari pertama kita berjumpa melalui dunia nyata. Pertemuan kita bagai suatu kebetulan yang runtut. Ah tidak, tidak. Aku tak percaya kebetulan. Aku selalu percaya bahwa apapun yang terjadi di dunia ini pasti sudah tertulis rapi dalam perencanaan Tuhan, termasuk pertemuan kita. Melihatmu kali pertama melalui dunia maya, sebulan yang lalu. Melalui sebuah komentar di e-poster ‘open recrutment volunteers ARSA Community’ milik temanku, Kuncoro. Ternyata kau juga mengenal Kuncoro. Jujur saja saat itu aku tak tertarik pada fisikmu, tapi aku tertarik pada namamu. Nama terakhirmu. Unik dan menarik perhatian. Terngiang dalam ingatan. Hingga pada akhirnya kita dipertemukan kembali dalam sebuah grup volunteers ARSA Community, dua minggu lalu. Kita sama-sama diterima jadi relawan. Walau sebenarnya aku tak menyangka kau juga mendaftar. Ada namamu dalam daftar volunteers yang diterima oleh ARSA Community dan ada pula nomor handphonemu dalam daftar anggota grup Whatsapp ARSA Community. Dan...

PERCAYAKAN HIDUPKU PADAKU, PAK, BU

Gambar
Semakin bertambahnya usia, maka semakin besar keegoisan dalam diri seseorang. Semakin bertambahnya usia, maka semakin sulit pula penyatuan pendapat antara seorang anak dengan orangtuanya. Ya, begitu menurutku. Begitu yang kurasakan. Semakin lama semakin nyata. Tak hanya rasa. Dulu aku bisa saja menuruti hampir semua kemauan orangtuaku. Hampir tak ada yang tak bisa kuturuti. Dan begitupun sebaliknya. Mereka tak pernah tak menuruti kemauanku. Kemauan kami berbeda. Kami saling menuruti kemauan satu sama lain. Maksudku, kemauan yang lain, bukan kemauan sendiri. Menjadikanku pribadi munafik. Sok membahagiakan orang lain tanpa peduli diri sendiri. Terus kujalani seperti itu. Berjalan hingga menjadi suatu kebiasaan, tanpa kesadaran. Terus kujalani seperti itu. Berjalan hingga menjadi suatu kemunafikan, tanpa perlawanan. Hingga usiaku menginjak 21 tahun. Tak lagi dianggap remaja. Sudah dewasa, begitu kata banyak manusia. Usia yang membuatku ingin keluar dari zona amanku. Tak ingin menjadi s...